Baca Juga

IMG-20180516-_WA0020-640x350
PROBOLINGGO – Menjelang bulan puasa Ramadhan 2018, penumpang kapal tradisonal membludak. Situasi aktifitas ini terlihat di pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo, Rabu (16/5).
“Sejak tadi pagi penumpang kapal membludak. Mereka berasal dari warga Desa Gili,” ujar seorang warga setempat, Ulum kepada wartawan.
Menurut dia, membludaknya penumpang kapal sudah menjadi tradisi menjelang awal Ramadhan. Mereka berduyun-duyun datang ke kota untuk belanja kebutuhan selama bulan puasa.
“Mereka belanja untuk kebutuhan rumah tangga selama bulan puasa,” katanya.
Sementara untuk ongkos penumpang berkisar Rp 7.000 perorang. (ari/sam/ipc)

Baca Juga

IMG-20180515-_WA0008-696x392
PROBOLINGGO, Ketenangan warga Dusun Krajan, Desa Satreyan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, mendadak berubah gaduh setelah salah seorang warga setempat ditemukan tewas di rumahnya, Selasa (15/5/2018). Korban diduga melakukan bunuh diri dengan menggunakan tali selendang, yang diikatkan ke jendela kamarnya.
Informasi yang dihimpun jurnalis di lokasi, korban atas nama Rudi Ariyanto (26) ditemukan meninggal sekitar pukul 07.00 wib oleh istrinya, Husnul Khotimah. Saat itu, tubuh korban hanya mengenakan celana jeans, tergantung tali selendang yang mengikat leher.
“Yang menemukan istrinya sendiri, lalu dia berteriak sehingga banyak warga yang berdatangan,” kata Zuhri, paman istri korban di lokasi kejadian.
Sebelum ditemukan meninggal, kata Zuhri, pihak keluarga sempat melihat korban dan istrinya cek-cok, pagi hari sebelumnya. “Sempat tengkar mereka, hanya saya gak tahu masalahnya apa,” papar dia.
Korban yang berasal dari Desa Kregenan, Kecamatan Kraksaan, sudah lima tahun tinggal di Desa Satreyan. Dari pernikahannya dengan Husnul Khotimah, korban dikaruniai dua orang anak. “Kasihan anak-anaknya, masih kecil semua,” pungkas Zuhri.
Sementara, dari hasil pemeriksaan Tim Identifikasi Polres Probolinggo, tidak ditemukan luka ataupun tanda-tanda bekas pukulan benda tumpul. Pada mulut korban, terlihat busa dengan lidah menjulur serta bekas ikatan selendang yang melilit leher.
“Ini murni bunuh diri, tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Hasil pemeriksaan dari kami dan tim medis Puskesmas Maron pada tubuh korban, juga tidak menemukan ketidakwajaran,” jelas Kanit Reskrim Polsek Maron, Aipda Dadang Priyanto kepada wartawan.
Seusai menjalani otopsi luar, pihak keluarga bakal langsung memakamkan jasad korban di pemakaman umum desa setempat. “Rencananya langsung dimakamkan, pihak keluarga tidak berkenan korban dibawa ke rumah sakit,” imbuh Dadang. (*)
Penulis : Mohamad Rochim

Baca Juga

bimtek-mahasiswa-1
BIMTEK diberikan PT Brantas Abipraya (Persero), perusahaan konstruksi dan balai jasa kontruksi wilayah IV Surabaya, kerjasama dengan Polinema dan  Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). Selain itu juga memberikan pembelajaran jarak jauh tenaga Ahli Muda K3 konstruksi.
“Bimtek ini dilakukan sebagai bentuk realisasi program kemitraan bina lingkungan PT Brantas Abipraya (persero). Sasaran pesertanya, pelajar berprestasi, calon pekerja kontruksi dengan persyaratan tertentu. Nantinya, para mahasiswa akan siap mengikuti uji sertifikasi pekerja konstruksi yang diwajibkan untuk pekerja,” tutur Widyo Praseno, Direktur Operasi II, PT Brantas Abipraya (Persero), Selasa (15/05/2018).
Ia melanjutkan, pelaksaan bimtek juga terdorong adanya implementasi UU RI nomor 02 tahun 2017 tentang jasa konstruksi. “Setiap tenaga konstruksi wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja. Tentunya, hal itu untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Para mahasiswa dipersenjatai dengan kompetensi unggul,” kata Widyo.
“Permasalahan K3 konstruksi seringkali menjadi penyebab banyaknya kecelakaan kerja. Itu dikarenakan rendahnya pemahaman dan pemahaman kepekaan terhadap bahaya dan resiko konstruksi. Ini menjadi salah satu sosialisasi pentingnya tenaga kerja bersertifikasi untuk melindungi tenaga kerja nasional sehingga memiliki nilai tambah,” lanjutnya.
Selain mahasiwa Polinema, beberapa perguruan tinggi  terkemuka di Malang ikut berpartisapsI dalam kegiatan ini. Beberapa di antaranya,  Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Malang, UIN Malik Ibrahim, ITN Malang, Unisma, Universitas Widyagama, Unmer, Universitas Gajayana, Universitas Tribuwana Tungga Dewi dan Universitas Katolik Widyakarya.
“Para peserta bimtek diberi pelatihan selama 50 jam. Dengan pelaksanaan 8 – 10 jam per minggu. Mengingat, sekitar 8 juta lebih tenaga kerja, baru sekitar 10 persen yang memiliki sertifikat. Padahal itu diwajibkan oleh Undang Undang,” pungkasnya. (ide)

Baca Juga

Panorama-areal-kompleks-_Makam-_Sunan-_Muria-di-lereng-_Gunung-_Muria

Lereng Gunung Muria jadi persinggahan terakhirnya. Sebab Kanjeng Sunan Muria, dalam sejarah hidupnya memang senang tinggal di daerah yang terpencil, jauh dari pusat keramaian. Cara berdawakwahnya cukup unik, yakni terus dan terus bergaul dengan rakyat jelata,sembari mengajarkan beragam keterampilan, khususnya bercocok tanam atau bertani. Kanjeng Sunan Muria, punya klangenan bertani, berdagang dan melaut. Beliau juga sebagai penghubung yang ulung, antara masyarakat yang tinggal di pedesaan dengan penduduk yang bermukim di perkotaan. Dan, pemikirannya mampu menyatukan umat.
SIAPA sejatinya Sunan Muria? Beliau adalah putra dari Kanjeng Sunan Kalijaga. Ibarat kata pepatah, buah atau daun manakala jatuh, pastinya tak jauh dari pohonnnya. Itulah ungkapan paling pas untuk Kanjeng Sunan Muria. Langkahnya untuk menjadi wali, tak luput dari perjuangan ayahnya yang telah lebih dulu menggeluti ilmu agama sekaligus mensiarkannya.
Kendati banyak kemiripan pola siar agama antara ba-pak dan anak ini, namun jika ditelisik lebih da-lam ada perbedaan yang sangat elemen-ter. Sang bapak, sa-ngat senang mengem-bara hingga namanya banyak dikenal oleh masyarakat. Siarnya lewat gending dan kesenian, seperti wayang kulit.
Tapi sang anak, beda. Kanjeng Sunan Muria tak suka mengembara. Beliau malah senang hidup di daerah terpencil yang jauh dari hiruk pikuk keramaian masyarakat. Nah di tempat terpecil itulah beliau mela-kukan siar agamanya sembari menyelami sekaligus memahami apa sejatinya yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat.
Kanjeng Sunan Muria, sedapat mungkin memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dimana beliau bermukim. Ibu dari Kanjeng Sunan Muria tak lain adalah Dewi Saroh, adik dari dari Sunan Giri sekaligus putri Syekh Maulana Ishak.

Layaknya sang bapak, Kanjeng Sunan Muria juga punya nama kecil, yakni Umar Said alias Raden Prawoto. Adapun nama Muria yang disandangnya merupakan persinggahannya yang terakhir, tepatnya di lereng Gunung Muria, sekitar 18 kilometer jauhnya arah utara dari kota Pati. Di lereng gunung yang sejuk itulah beliau dimakamkan.

Adapun jalan menuju makamnya, berkelok dan menanjak. Peziarah selalu memakai jasa ojek motor manakala akan berziarah ke makamnya. Sumur tua tak jauh dari makamnya, airnya selalu diburu oleh setiap peziarah yang pastinya dengan dengan bermacam keperluan. Keberadaan sumur tersebut, konon dulu airnya selalu digunakan oleh almarhum tak hanya untuk berwudlu. Lebih dari itu, juga digunakan untuk keperluan sehari-hari. Dan sampai sekarang, sumber air di sumur tua tersebut, meski datang musim kemarau, sumber airnya tak pernah kering.
Kegemarannya tinggal di daerah terpecil kemudian bergaul dengan penduduk, dianggapnya merupakan cara paling baik untuk menyelami pe-mikirannya. Dan di tempat-tempat yang jauh terisolir itu, Kanjeng Sunan Muria dengan sabar dan telaten me-ngajari penduduk beragam keteram-pilan, seperti bertani, beradagang dan melaut.
Nah, disaat-saat mengajarkan beragam keterampilan itulah, Kan-jeng Sunan Muria sembari berdakwah. Hasilnya, pelan tapi pasti dak-wahnya akhirnya bisa diterima oleh masyarakat. Dan daerah yang terpencil, ternyata tak menjadi aral bagi penduduk untuk menjual hasil bumi-nya ke berbagai daerah. Sebab dengan kepintarannya dalam bergaul, hasil bumi atau pertanian penduduk itu lewat jasa Kanjeng Sunan Muria, bisa dibawa sekaligus dibeli oleh pen-duduk dari daerah lain. Hingga men-jadikan roda perekonomian bisa terus berputar.
Kesaktian dan Kekuatan Fisik

Layaknya para wali di era sebelumnya, Kanjeng Sunan Muria juga dikenal sakti mandraguna. Ber-bagai aji kasekten dimilikinya. Seti-daknya terkait dengan kesaktian pu-tra kinasih dari Kanjeng Sunan Kalijaga ini, terbukti saat Kanjeng Sunan Muria mengalahkan Adipati Pethak Warak dari Keling. Dia juga mengalahkan Kapa dan Gentiri yang sama-sama saktinya.

Bab cerita ini termaktup dalam kisah perkawinannya dengan Dewi Roroyono yang tak lain adalah putri dari I Ageng Ngerang, seorang ulama kondang sekaligus alim dari Juwana, yang juga sebagai gurunya.

Kemudian terkait dengan kekuatan atau ketahanan fisiknya, ini terbukti dari kebiasannya yang turun naik gunung Muria tiap hari untuk memberi keterampilan pada para penduduk.

Tradisi yang menurut Kanjeng Sunan Muria yang telah berkembang dan diyakini akan kebenarannya oleh penduduk di suatu tempat, tak pernah dirobahnya. Malah tradisi seperti gamelan, gending-gending, pokoknya beragam jenis kesenian, malah dipakainya sebagai media dakwahnya, yang tentunya dengan mengajari penduduk keterampilan.

Pertanian dan menangkap ikan di laut, menjadi klangenannya. Selain memi-liki kecakapan menghubungkan antara penduduk desa di daerah terpencil, Sunan Muria juga dikenal sebagai sosok yang sangat tinggi penguasaan ilmu tauhidnya.

Selain itu juga ilmu tasawuf serat ilmu fiqih. Kemampuannya dalam berko-munikasi yang mana hasilnya selalu bisa diterima oleh kedua belah pihak yang saling bertikai betapa pun rumitnya masalah tersebut, menjadikan Kanjeng Sunan Muria sebagai penengah yang ulung di Kasultanan Demak, kisaran 1518 – 1530.

Sementara wilayah dakwahnya, me-liputi kawasan Jepara, Tayu, Juwana hingga sekitar Kudus. Buah karya Kanjeng Sunan Muria dijadikan simbol di wilayah Pati, Jateng. Yakni, berwujud patung hasil per-tanian dan patung ikan yang menghiasi hampir setiap perempatan jalan protokol di kota itu.*

Baca Juga

kapolda_5_1

Status siaga satu di Jawa Timur pascateror bom di Surabaya dan Sidoarjo telah dicabut oleh Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin, Selasa (15/5/2018).
Kapolda menyatakan, sejak hari ini semua aktifitas sudah berjalan normal.
Demikian juga aktifitas di Mapolda, Mapolres, maupun Mapolsek di seluruh Jawa Timur sudah beroperasi secara normal dalam melakukan pelayanan pada masyarakat.
"Jadi tidak perlu lagi siaga," kata Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud.
Ia menambahkan, meski sudah mencabut pengamanan di Mapolres dan obyek vital, pihaknya tetap melakukan peningkatan kewaspadaan.
Kapolda juga menyatakan situasi di Surabaya sudah kembali pulih dan normal. Pusat perbelanjaan juga sudah berjalan seperti biasa. Aktifitas masyarakat juga sudah bisa normal.
Untuk itu ia pun mohon doa restu pada masyarakat agar pengungkapan pelaku pengeboman dua hari di Surabaya bisa segera tuntas.
Ia menambahkan, penindakan yang dilakukan oleh Densus 88 terus berjalan hingga kini. "Kita akan ungkap dan kejar terus sampai tuntas. Densus tetap melakukan penindakan," ujarnya.
Reporter: Fahrizal Tito
Powered by Blogger.
close
Banner iklan disini