Showing posts with label Budaya. Show all posts

Baca Juga

32765158_1491576604303814_4635479630441086976_n
Ketika Indonesia diguncang teror bom, seperti Surabaya, Sidoarjo bahkan Riau, Pemuda Ansor merasa prihatin, dan negara harus segera bertindak.
Ketua Ansor Jombang, H Zulfikar mengatakan pada suarajatimpost.com bahawa teroris adalah pembunuh berdarah dingin bukan atas nama agama.
"Saya menyebut teroris itu merupakan kejahatan kemanusian, dan kami sebagai Ansor, Banser berkomitmen menjaga NKRI terutama dengan empat pilar kebangsaan," jelasnya, Jumat (18/5).
Ia menambahkan bahwa Senior pendiri Ansor juga melakukan totalitas ngak cuman parsial. Pemuda Ansor meyakini para muazis, terdiri dari Ulama terdahulu pendiri gerakan Ansor berperang melawan penjajah.
"Kiai Mbah Hasyim Ashari pernah menyampaikan antara Agama dan Nasionalisme tidak bisa terlepas, agama saja tanpa nasionalisme seperti kejadian di timur tengah yang sedang berkonflik. Nasionalisme tanpa agama juga akan berantakan, karena agama bertujuan untuk mengatur ketidak aturan itu, kalau manusia tidak di kasih agama yang se enaknya sendiri, jadi agama dan nasionalisme itu sangat penting," paparnya.
Yang perlu di kuatkan adalah pendidikan kecintaan terhadap Indonesia, yang sekarang  hampir luntur. Maka pendidikan di sekolah wajib menghafal Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
"Ayo kita melakukan pendidikan warga bangsa ini secara masif secara merata tentang apa, ya kecintaan pada ke Indonesia an, orang kita hidup di bumi Indonesia. Kalau tidak mau ya silakan keluar dari Indonesia, kita punya landasan ideologi kita ada konstitusi kita juga ada, lah edukasi pendidikan ke Indonesian itu penting," katanya.
Lanjut beliau juga mengutuk para teroris dan Ansor siap untuk memerangi itu. Siap melawan Teroris dan mengecam tindakannya, juga sangat mendukung langkah Pak Presiden mengeluarkan Perpu bila Undang undang teroris tidak segera di sah kan.
"Saya mendukung sekali, apa yang dilakukan Presiden akan mengeluarkan Perpu soal Terorisme, karena bila tidak ada aturan yang mengikat maka bila ada kejahatan yang dilakukan teroris, penegak hukum susah menindak paling hanya seremonial uncapan kutuk, lawan tindakan teroris, ucapan berduka atau yang lainnya. Akan terus seperti itu sebelum ada Undang undang yang mengikat, dan Ansor Banser berkomitmen NKRI harga mati, Pancasila Jaya, Nusantara milik kita," ungkap  sapaan akrab Gus Antok.

Reporter: Hariyanto

Baca Juga

pasar-ramadhan-kauman-jogja


Di Yogyakarta misalnya, terdapat beberapa pasar Ramadhan yang cukup terkenal. Sebut saja Pasar Ramadhan Jogokaryan dan Pasar Ramadhan Nitikan.

Dari beberapa pasar dadakan yang terkenal itu, ada satu pasar yang disebut-sebut sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Pasar Ramadhan Kauman namanya. Pasar yang terletak di sebuah gang sempit dengan lebar sekitar dua meter itu buka sejak sore sampai maghrib.
Sesuai namanya, pasar yang selalu ramai dikunjungi pembeli itu beradaKampung Kauman, Jalan Ahmad Dahlan, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, DI Yogyakarta. Meski berada di gang sempit, lokasi pasar ini tak begitu sulit ditemukan. Di depan gang masuk atau tepatnya di pinggir Jalan Ahmad Dahlan terlihat banyak sepeda motor yang terparkir.

Dikatakan Edi, ada 52 pedagang yang berjualan di sepanjang lorong Gang Kauman itu. Menurutnya para pedagang itu tak hanya warga asliKampung Kauman saja. Beberapa pedagang berasal dari luar kampung dan luar daerah. Mereka menjajakan aneka makanan tradisional, sayur dan lauk pauk, minuman dingin, dan makanan basah lainnya. Makanan yang mereka jual harganya berkisar Rp 1.500 sampai Rp 10.000.

Selengkapnya baca > Kompas | foto @astynns (ig)

Baca Juga

Juv_Oo5_Opzl_Vn_FBDPXVOe


Pelajar Indonesia mencatat prestasi membanggakan pada ajang Kompetisi Matematika Cayley and Fermat 2018. Sebanyak 269 pelajar SMA/MA dari Indonesia berhasil masuk dalam kelompok 25% peserta dengan nilai tertinggi pada kompetisi matematika internasional bergengsi tersebut.


Kompetisi Cayley dan Fermat merupakan ajang kompetisi matematika tahunan yang diadakan oleh Universitas Waterloo, Kanada, yang setiap tahunnya diikuti oleh ribuan pelajar dari sekitar 60 negara di seluruh dunia. 

Baca Juga

Jaringan Pustaka Bergerak Indonesia (PBI) mengajak masyarakat melawan terorisme melalui buku. Bergerak membawa buku mendatangi warga dinilai menjadi cara yang efektif untuk berbagi rasa merdeka, membangun persaudaraan, dan solidaritas di semua kalangan.
Peringatan-_Hari-_Buku-_Nasional-di-_PT-_Pos-_Indonesia-640x413
Peringatan Hari Buku Nasional dan 1 Tahun Donasi Buku untuk Masyarakat, di Kantor Pos Indonesia Pusat, Jakarta, Kamis (17/5).

Pendiri Pustaka Bergerak, Nirwan Ahmad Arsuka, mengatakan, gerakan mengirimkan donasi buku penting tidak hanya membuka akses tetapi juga meningkatkan solidaritas. "Gerakan yang didukung oleh PT Pos ini langsung atau tidak langaung menjadi sebuah cara untuk melawan terorisme dan untuk mencegah pengunaan cara-cara kekerasan," kata Nirwan dalam acara peringatan Hari Buku Nasional dan 1 Tahun Donasi Buku untuk Masyarakat, di Kantor Pos Jakarta Pusat, Kamis (17/5). 
Nirwan menyatakan, terorisme hanya bisa diatasi melalui kerjamsama antara negara dan masyarakat. "Biarlah negara menyelesaikan UU Anti Teorisme, masyarakat bergerak mengumpulkan buku dan mengirimkan ke seluruh penjuru negeri," ujarnya. 
Menurutnya, buku yang terkirim menciptakan benang imajiner yang terentang dari alamat pengirim ke alamat penerima. Semakin banyak buku terkirim, semakin ketat benang-benang imajiner itu terbentuk, semakin rapat ikatan emosional pada sesama warga Indonesia. 
"Buku-buku bermutu harus dikirim lebih banyak. Gerakan literasi harus makin aktif membangun budaya kritis namun toleran pada perbedaan," ungkapnya. 
Nirwan menambahkan, perlawanan atas terorisme lewat kegiatan pengiriman buku bermutu sangat tergantung pada dukungam PT Pos Indonesia. Selama satu tahun perjalanan program Donasi Buku untuk Masyarakat, PT Pos telah mendistribusikan buku sebanyak 25.580 koli dengan berat 160.463 kg. Pengiriman buku gratis di kantor pos dilaksanakan pada tanggal 17 setiap bulan. Dia menilai semakin banyak orang mengirim buku ke seluruh penjuru negeri. 
"Target kami di Pustaka Bergerak dan relawan lain adalah dengan gerakan ini kita bisa membuat Indonesia dalam lima sampai 10 tahun ke depan bisa mandi buku," ucapnya.

Baca Juga

safe_image_2

Jumaat merupakan hari yang istimewa bagi umat Islam. Bahkan, Rasulullah SAW menyebut dalam sabdanya bahwa kemuliaan Jumat melebihi Idul Fitri dan Idul Adha. Pada hari ini umat Islam diingatkan untuk membaca Surat Al Kahfi.

Dalam hadist disebutkan barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum'at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum'at. Selain itu, Umat islam yang membaca surat Al-Kahfi pada Hari Jumat akan menghindarkan dari fitnah Dajjal.


Namun, kapan waktu terbaik pada Jumat tersebut untuk membacanya? Konon ada yang mengatakan pada waktu magrib pada Kamis menuju malam Jumat. Ada pula yang mengatakan setelah usai menunaikan salat Jumat. Lantas, kapankah waktu terbaiknya? Berikut ulasannya.

Surat Al Kahfi memang memiliki kesitimewaan tersendiri. Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.” (HR. Abu Bakr bin Mardawaih)

Selain itu, membacanya pada hari Jumat juga akan menghindarkan umat dari fitnah Dajjal yang keji.

“Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” (HR Muslim

Namun, kapan waktu terbaik membacanya pada hari jumat tersebut? Ternyata selama hari Jumat, waktu tersebut sangat baik untuk membaca surat Al- Kahfi.

Para ulama mengatakan, batasan waktu untuk membaca surat Al-Kahfi pada hari jumat adalah dimulai dari tenggelamnya matahari pada sore hari kamis (malam jum’at) sampai pada tenggelamnya matahari pada sore hari jum’at.

Hal ini diperkuat dengan Hadis Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallaahu’anhu:

Artinya: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada malam jumat, maka ia akan diterangi oleh cahaya, antara dirinya dan al-bait al-‘atiq (ka’bah)”. (HR Darimi: 3407, dan dinilai shahih oleh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Al-Jami’: 6471).

Artinya: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi paa hari jumat, maka ia akan diterangi oleh cahaya diantara dua jum’at tersebut”. (HR Al-Hakim: 2/399, dan dinilai hasan oleh Ibnu Hajar, dan diikuti pula oleh Al-Munawi sebagaimana dalam Faidh Al-Qadir: 6/198, serta dinilai shahih oleh Al-Albani: 6470).

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata tentang hadis ini: “Demikianlah yang terdapat dalam beberapa riwayat, ada yang menyebutkan: siang hari jumat, dan ada yang menyebutkan: malam jumat, keduanya disinkronkan bahwa maksudnya adalah siang hari jumat sekaligus malam jumatnya, atau malam hari jumat sekaligus juga siang harinya”. (Dinukil oleh Al-Munawi rahimahullah dalam Faidh Al-Qadir: 6/199).

Al-Munawi menyatakan: “Maka disunatkan membacanya (surat Al-Kahfi) pada siang hari jumat, demikian pula pada malam harinya, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Syafi’i rahimahullah”. (Faidh Al-Qadir: 6/198).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka seluruh waktu pada hari Jumat adalah saat terbaik untuk membaca surat Al Kahfi. Jadi, jangan lewatkan membacanya pada hari ini ya…Terimakasih sudah membaca.

Baca Juga

IMG-20180516-_WA0056-702x336
Untuk menjadikan wilayah hukum yang aman dan kondusif serta terbebas dari ancaman dari kelompok radikal segala daya dan upaya diterapkan Kapolsek Dongko AKP Tri Basuki,S.H., diantaranya terus menggiatkan sambang silaturahmi ke tokoh agama dan ulama.
Seperti terlihat Kapolsek Dongko AKP Tri Basuki,S.H., silaturahmi kerumah tokoh agama dan tokoh masyarakat Desa Dongko sekaligus pengasuh Pondok pesantren Darussalam Dongko yakni KH Ahmad Samingan dengan alamat RT 02/01 Dusun Krajan Desa Dongko Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek. Rabu (16/5/2018)
Dalam kesempatan tersebut Kapolsek Dongko AKP Tri Basuki,S.H., berpesan agar tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk bersama-sama menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat dan senantiasa memberikan informasi sedini mungkin kepada pihak Kepolisian apabila ada orang yang tidak dikenal dan mencurigakan menginap dan berada di wilayah kecamatan Dongko.
Yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan dasar agama dan nasionalisme untuk selalu diberikan kepada santri atau anak didik.
“Perlunya masyarakat untuk ikut aktif dalam mendeteksi secara dini keberadaan kelompok radikal yang mengancam keamanan NKRI, karena radikalisme dan intoleransi harus dicermati semua pihak” ujar Kapolsek Dongko AKP Tri Basuki,S.H.
KH. Ahmad Samingan mengucapkan terima kasih atas kunjungan Kapolsek Dongko dan masyarakat sangat senang sekali karena di perankan untuk menanggulangi hal-hal radikalisme dan intoleransi yang dapat mengancam kedaulatan Negara.
“Kami masyarakat tidak takut dengan terorisme yang sudah berbagai ancaman teror yang belakangan berkembang dan jika nanti diwilayah Kecamatan Dongko ada masyarakat yang terlibat dengan kelompok radikal kami Masyarakat tidak akan menerima kembali atas sikap dan perilaku yang dilakukan”, tegasnya.
Saat dikonfirmasi selesai kegiatan Kapolsek Dongko Polres Trenggalek AKP Tri Basuki,S.H., mengungkapkan bahwa sambang silahturahmi ini untuk menyamakan persepsi dalam rangka meningkatkan kerjasama dalam menanggulangi intoleransi dan radikalisme yang terbangun dari berbagai sudut pandang perbedaan keyakinan, faham dan lain sebagainya, pungkas Kapolsek Dongko AKP Tri Basuki,S.H.

Baca Juga

bimtek-mahasiswa-1
BIMTEK diberikan PT Brantas Abipraya (Persero), perusahaan konstruksi dan balai jasa kontruksi wilayah IV Surabaya, kerjasama dengan Polinema dan  Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). Selain itu juga memberikan pembelajaran jarak jauh tenaga Ahli Muda K3 konstruksi.
“Bimtek ini dilakukan sebagai bentuk realisasi program kemitraan bina lingkungan PT Brantas Abipraya (persero). Sasaran pesertanya, pelajar berprestasi, calon pekerja kontruksi dengan persyaratan tertentu. Nantinya, para mahasiswa akan siap mengikuti uji sertifikasi pekerja konstruksi yang diwajibkan untuk pekerja,” tutur Widyo Praseno, Direktur Operasi II, PT Brantas Abipraya (Persero), Selasa (15/05/2018).
Ia melanjutkan, pelaksaan bimtek juga terdorong adanya implementasi UU RI nomor 02 tahun 2017 tentang jasa konstruksi. “Setiap tenaga konstruksi wajib memiliki sertifikat kompetensi kerja. Tentunya, hal itu untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Para mahasiswa dipersenjatai dengan kompetensi unggul,” kata Widyo.
“Permasalahan K3 konstruksi seringkali menjadi penyebab banyaknya kecelakaan kerja. Itu dikarenakan rendahnya pemahaman dan pemahaman kepekaan terhadap bahaya dan resiko konstruksi. Ini menjadi salah satu sosialisasi pentingnya tenaga kerja bersertifikasi untuk melindungi tenaga kerja nasional sehingga memiliki nilai tambah,” lanjutnya.
Selain mahasiwa Polinema, beberapa perguruan tinggi  terkemuka di Malang ikut berpartisapsI dalam kegiatan ini. Beberapa di antaranya,  Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Malang, UIN Malik Ibrahim, ITN Malang, Unisma, Universitas Widyagama, Unmer, Universitas Gajayana, Universitas Tribuwana Tungga Dewi dan Universitas Katolik Widyakarya.
“Para peserta bimtek diberi pelatihan selama 50 jam. Dengan pelaksanaan 8 – 10 jam per minggu. Mengingat, sekitar 8 juta lebih tenaga kerja, baru sekitar 10 persen yang memiliki sertifikat. Padahal itu diwajibkan oleh Undang Undang,” pungkasnya. (ide)

Baca Juga

Panorama-areal-kompleks-_Makam-_Sunan-_Muria-di-lereng-_Gunung-_Muria

Lereng Gunung Muria jadi persinggahan terakhirnya. Sebab Kanjeng Sunan Muria, dalam sejarah hidupnya memang senang tinggal di daerah yang terpencil, jauh dari pusat keramaian. Cara berdawakwahnya cukup unik, yakni terus dan terus bergaul dengan rakyat jelata,sembari mengajarkan beragam keterampilan, khususnya bercocok tanam atau bertani. Kanjeng Sunan Muria, punya klangenan bertani, berdagang dan melaut. Beliau juga sebagai penghubung yang ulung, antara masyarakat yang tinggal di pedesaan dengan penduduk yang bermukim di perkotaan. Dan, pemikirannya mampu menyatukan umat.
SIAPA sejatinya Sunan Muria? Beliau adalah putra dari Kanjeng Sunan Kalijaga. Ibarat kata pepatah, buah atau daun manakala jatuh, pastinya tak jauh dari pohonnnya. Itulah ungkapan paling pas untuk Kanjeng Sunan Muria. Langkahnya untuk menjadi wali, tak luput dari perjuangan ayahnya yang telah lebih dulu menggeluti ilmu agama sekaligus mensiarkannya.
Kendati banyak kemiripan pola siar agama antara ba-pak dan anak ini, namun jika ditelisik lebih da-lam ada perbedaan yang sangat elemen-ter. Sang bapak, sa-ngat senang mengem-bara hingga namanya banyak dikenal oleh masyarakat. Siarnya lewat gending dan kesenian, seperti wayang kulit.
Tapi sang anak, beda. Kanjeng Sunan Muria tak suka mengembara. Beliau malah senang hidup di daerah terpencil yang jauh dari hiruk pikuk keramaian masyarakat. Nah di tempat terpecil itulah beliau mela-kukan siar agamanya sembari menyelami sekaligus memahami apa sejatinya yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat.
Kanjeng Sunan Muria, sedapat mungkin memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dimana beliau bermukim. Ibu dari Kanjeng Sunan Muria tak lain adalah Dewi Saroh, adik dari dari Sunan Giri sekaligus putri Syekh Maulana Ishak.

Layaknya sang bapak, Kanjeng Sunan Muria juga punya nama kecil, yakni Umar Said alias Raden Prawoto. Adapun nama Muria yang disandangnya merupakan persinggahannya yang terakhir, tepatnya di lereng Gunung Muria, sekitar 18 kilometer jauhnya arah utara dari kota Pati. Di lereng gunung yang sejuk itulah beliau dimakamkan.

Adapun jalan menuju makamnya, berkelok dan menanjak. Peziarah selalu memakai jasa ojek motor manakala akan berziarah ke makamnya. Sumur tua tak jauh dari makamnya, airnya selalu diburu oleh setiap peziarah yang pastinya dengan dengan bermacam keperluan. Keberadaan sumur tersebut, konon dulu airnya selalu digunakan oleh almarhum tak hanya untuk berwudlu. Lebih dari itu, juga digunakan untuk keperluan sehari-hari. Dan sampai sekarang, sumber air di sumur tua tersebut, meski datang musim kemarau, sumber airnya tak pernah kering.
Kegemarannya tinggal di daerah terpecil kemudian bergaul dengan penduduk, dianggapnya merupakan cara paling baik untuk menyelami pe-mikirannya. Dan di tempat-tempat yang jauh terisolir itu, Kanjeng Sunan Muria dengan sabar dan telaten me-ngajari penduduk beragam keteram-pilan, seperti bertani, beradagang dan melaut.
Nah, disaat-saat mengajarkan beragam keterampilan itulah, Kan-jeng Sunan Muria sembari berdakwah. Hasilnya, pelan tapi pasti dak-wahnya akhirnya bisa diterima oleh masyarakat. Dan daerah yang terpencil, ternyata tak menjadi aral bagi penduduk untuk menjual hasil bumi-nya ke berbagai daerah. Sebab dengan kepintarannya dalam bergaul, hasil bumi atau pertanian penduduk itu lewat jasa Kanjeng Sunan Muria, bisa dibawa sekaligus dibeli oleh pen-duduk dari daerah lain. Hingga men-jadikan roda perekonomian bisa terus berputar.
Kesaktian dan Kekuatan Fisik

Layaknya para wali di era sebelumnya, Kanjeng Sunan Muria juga dikenal sakti mandraguna. Ber-bagai aji kasekten dimilikinya. Seti-daknya terkait dengan kesaktian pu-tra kinasih dari Kanjeng Sunan Kalijaga ini, terbukti saat Kanjeng Sunan Muria mengalahkan Adipati Pethak Warak dari Keling. Dia juga mengalahkan Kapa dan Gentiri yang sama-sama saktinya.

Bab cerita ini termaktup dalam kisah perkawinannya dengan Dewi Roroyono yang tak lain adalah putri dari I Ageng Ngerang, seorang ulama kondang sekaligus alim dari Juwana, yang juga sebagai gurunya.

Kemudian terkait dengan kekuatan atau ketahanan fisiknya, ini terbukti dari kebiasannya yang turun naik gunung Muria tiap hari untuk memberi keterampilan pada para penduduk.

Tradisi yang menurut Kanjeng Sunan Muria yang telah berkembang dan diyakini akan kebenarannya oleh penduduk di suatu tempat, tak pernah dirobahnya. Malah tradisi seperti gamelan, gending-gending, pokoknya beragam jenis kesenian, malah dipakainya sebagai media dakwahnya, yang tentunya dengan mengajari penduduk keterampilan.

Pertanian dan menangkap ikan di laut, menjadi klangenannya. Selain memi-liki kecakapan menghubungkan antara penduduk desa di daerah terpencil, Sunan Muria juga dikenal sebagai sosok yang sangat tinggi penguasaan ilmu tauhidnya.

Selain itu juga ilmu tasawuf serat ilmu fiqih. Kemampuannya dalam berko-munikasi yang mana hasilnya selalu bisa diterima oleh kedua belah pihak yang saling bertikai betapa pun rumitnya masalah tersebut, menjadikan Kanjeng Sunan Muria sebagai penengah yang ulung di Kasultanan Demak, kisaran 1518 – 1530.

Sementara wilayah dakwahnya, me-liputi kawasan Jepara, Tayu, Juwana hingga sekitar Kudus. Buah karya Kanjeng Sunan Muria dijadikan simbol di wilayah Pati, Jateng. Yakni, berwujud patung hasil per-tanian dan patung ikan yang menghiasi hampir setiap perempatan jalan protokol di kota itu.*

Baca Juga

galon
Sarwanya berawal dari tindakan kecil. Meski dilapiki pikiran besar. Itulah yang saya lakukan beberapa bulan yang lalu. Membikin sebentuk kotak amal, terbuat dari galon air yang sudah pecah pantatnya. Semestinya, nasib galon tersebut sudah harus berakhir di tempat sampah. Tapi, saya lalu teringat dengan beberapa kotak amal yang sering diletakkan di berbagai tempat, bertuliskan nama-nama pemilik kotak amal. Mulai dari yayasan panti asuhan, pengajian dasar, masjid, dan lainnya. Di tempat saya, yang juga sekaligus sebagai alamatnya Toko Buku Paradigma Ilmu Makassar, pun terdapat satu kotak amal dari Taman Pendidikan Alquran (TPA) milik masjid dekat mukim.
Walhasil, galon pecah tersebut saya permak seadanya, sekadar menuliskan kata-kata, “Galon Infak Literasi”, lalu saya letakkan di sudut meja kasir Toko Buku Papirus Tamalanrea Makassar, tempat saya bersemedi dan membajak nafkah. Mulanya, ada keraguan. Khususnya motif dihadirkannya galon infak tersebut. Ragu akan begitu banyak penafsiran nantinya. Waima, naluri saya selaku pegiat literasi, membungkam semua keraguan itu. Sebab, hanya satu tujuan dari hadirnya gallon infak itu, menampung sumbangan dari kisanak-kisanak yang berkenan memasukkan duitnya. Selanjutnya, duit yang terkumpul itu, saya belikan buku, buat menambah koleksi buku komunitas literasi yang saya gawangi, Bank Buku Boetta Ilmoe di Bantaeng.
Sekali waktu, ada seorang dokter muda dari Kota Kendari, berbelanja di Toko Buku Papirus. Setelah transaksi, ia tidak langsung pamit. Rupanya, ia tertarik dengan galon di sudut meja, yang isinya bukan air, melainkan aneka uang, pecahan lima ratus, seribu, dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu, dan dua puluh ribu. Warna-warni uang tersebut, mirip aquarium dengan ragam  jenis ikannya. Ia lirik-lirik. Saya hanya senyum-senyum. Tak tahan ia untuk tidak bertanya, “Apa maksudnya Galon Infak Literasi ini?” Belum saya jawab, ia lanjut berkata lagi, “Soalnya, baru kali ini saya temui beginian”.
Ibarat umpan yang ia lemparkan, saya langsung menyambarnya dengan sejumput penjelasan. Bahwasanya, tidak ada bedanya dengan kotak amal lainnya, yang bisa dokter jumpai di seantero kota ini. Mungkin yang unik, karena terbuat dari galon bekas. Dan, itu pun dibikin seadanya. Keunikan lainnya, terletak pada peruntukan kotak amal yang berbentuk galon infak ini, karena adanya unsur literasi. Saya pun membeberkan sari diri saya selaku pegiat literasi, selain menjadi penjaga toko buku. Penjelasan saya menerungku jiwanya, tatkala saya bilang, bahwa semua uang sumbangan ini, akan dibelikan buku, lalu buku tersebut saya kirim ke Bank Buku Boetta Ilmoe, selanjutnya didistribusikan peminjamannya ke berbagai komunitas literasi yang ada di Bantaeng.
Sekadar info, kini, di Bantaeng sudah ada lebih sepuluh komunitas literasi yang amat membutuhkan suplai buku. Lebih dari itu, akan lahir lagi komunitas-komunitas literasi berikutnya. Artinya, kebutuhan akan buku semakin vital. Buku bagi komunitas literasi, bagai nafas yang akan memperpanjang geliat literasi, dari komunitas yang menggerakkan literasi. Lalu saya kunci, komunitas-komunitas ini, tidak sedikit yang berlokasi di pelosok kampung. Kelihatannya ia tertegun dengan ujar-ujar saya. Naluri kedokterannya mungkin terusik, sebab ia sendiri bertugas di pelosok. Lembaran uang biru ia cabut dari dompetnya. Ia masukkan ke mulut galon infak. Tanpa komentar, selain ia berucap, “Terimakasih, saya akan dating lagi”.
Rasa percaya diri saya makin moncer. Keisengan saya ini berbuah manis. Sekadar memanfaatkan barang bekas. Namun, di situlah letak keunikannya. Akhirnya, saya cari lagi galon bekas di mukim. Ada galon yang nganggur. Saya bikin lagi satu galon infak, buat di taruh pada Toko Buku Paradigma Ilmu. Semulanya, pasangan saya keberatan dengan tindakan kecil ini. Apatah lagi, sudah ada kotak amal milik TPA yang mengangkangi meja kasir. Saya bisa memahami keberatannya, pasalnya, ia adalah salah seorang guru mengaji di TPA tersebut, bahkan mukim kami menjadi salah satu alternatif, tempat mengaji santri TPA selain di masjid. Atas otoritasnya, kotak amal itu nangkring di meja kasir.
Saya lalu meyakinkannya, bahwa di Toko Buku Papirus sudah saya bikin. Berceritalah saya akan keberadaan galon infak tersebut. Saya lalu menabalkan pendapat, kotak amal model TPA itu, dan sejenisnya di berbagai tempat, sudah amat konvensional. Tipe itu warisan zaman old, sementara galon infak literasi merupakan inisiasi zaman now. Tersipu-sipulah ia. Restu pun saya dapat. Akhirnya, Galon Infak Literasi, bertengger pula di sudut meja kasir, menemani kotak amal TPA pada sudut meja lainnya. Belakangan, sering saya menguping, tatkala ia mengajar para santri mengaji, sembari ia menjelaskan keberadaan galon tersebut.
Di hadapan para santrinya, pasangan saya bercerita, seolah mendongeng tentang orang-orang di pelosok kampung, yang amat tertinggal, karena kekurangan bahan bacaan. Apalagi, dalam kisahnya, sering ia bandingkan dengan kemudahan para santri membaca buku yang disediakan oleh Toko Buku Paradigma Ilmu. Dari jendela kamar sering saya intip rona wajah sekaum cilik itu. Beraneka air mukanya. Imajinasinya terbang ke pelosok-pelosok kampung. Meski yang diceritakan itu adalah anak-anak yang kurang beruntung, nasib para santri ini tidak lebih beruntung. Karenanya, solidaritas dan empatinya dibangun lewat cerita. Pada pucuk cerita, pasangan saya tak lupa menawarkan kepada para santri untuk berinfak. Seribu, dua ribu. Sesekali ada juga yang lima ribu. Dan, ketika tulisan ini saya torehkan, baru saja seorang santri memasukkan uang lima ribu ke galon infak tersebut.
Sekali lagi, ini hanya tindakan kecil, berlapikkan pikiran besar. Memanfaatkan barang bekas, menggalang uang kecil dari uang kembalian segenap konsumen yang berkenan, para cilik santri yang berempati dengan lembaran ribuannya. Pepatah pun layak diaumkan kembali, “Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit”. Tumpukan warna-warni pecahan duit di Galon Infak Literasi, sudah mulai membukit. Jika sudah menggunung, akan saya ledakkan gunung uang tersebut. Biar pecahan-pecahan rupiah itu menjadi lahar, menggulung beberapa eksamplar buku, yang akan saya hanyutkan hingga ke muaranya, pada komunitas literasi, Bank Buku Boetta Ilmoe Bantaeng.

Baca Juga

brt677757335

Surabaya - Surabaya dan Sidoarjo dalam dua hari ini digempur serangan teror bom yang menewaskan 14 orang. Banyak korban berjatuhan dari masyarakat sipil maupun aparat kepolisian. 


Insiden ini mengakibatkan trauma tersendiri bagi keluarga korban. Selain menyisakan trauma, Citra Kota Surabaya pun menjadi menakutkan.

Menyikapi hal tersebut, Universitas Airlangga (Unair) menyediakan 'Trauma Healing' bagi keluarga korban sebagai langkah yang di Unair untuk mengembalikan kondisi Surabaya yang kondusif, aman dan nyaman bagi masyarakatnya.

'Trauma Healing' center ini dimotori langsung oleh Rektor Unair, Prof Moh Nasih dengan mengerahkan alhi dari Fakultas Psikologi Unair. 

Tim dokter dan psikolog dari 'Trauma Healing' saat ini sudah melakukan tugasnya untuk terjun langsung ke keluarga korban untuk melakukan konseling dan memulihan psikis.

Layanan 'Trauma Healing' untuk keluarga korban teror ini bertempat di RS Bhayangkara dan juga “on call” (melalui panggilan, red). 

Tidak hanya itu, Rektor UNAIR juga mengimbau agar Trauma Healing juga dilakukan di gereja-gereja yang terdampak.

Selanjutnya, mengenai cara untuk mengembalikan situasi Kota Surabaya yang aman dan kondusif, Rektor UNAIR telah memberikan instruksi kepada para civitas untuk melakukan beberapa kajian untuk kemudian diapliksikan.

Rektor juga menegaskan dan mengajak seluruh elemen agar menjadi garda terdepan dalam menciptakan situasi kota yang aman dan nyaman untuk ditinggali.


"Mengatasi Trauma tidaklah mudah, apalagi trauma yang terjadi pada anak-anak. butuh penanganan khusus dan benar-benar dari ahlinya. maka dari itu Unair menyediakan 'Trauma Healing' sebagai wujud kepedulian terhadap sesama dan aksi memerangi terorisme," ujar Suko Widodo, Humas Unair. [adg/ted]

Baca Juga

PENINGGALAN MAJAPAHIT DI MADIUN ( PEMBELAJARAN SEJARAH )


Baca Juga

KEDIRI - Sudah 7 tahun Sukarni menjadi pegiat literasi bagi masyarakat. Dengan penuh semangat Sukarni keluar masuk kampung dan naik turun gunung mengajak masyarakat untuk gemar membaca.

Semula Sukarni menggunakan sepeda motor butut miliknya dengan obrok muatan penuh buku. Kini Sukarni telah mendapatkan bantuan sepeda motor sport yang dilengkapi dengan box khusus guna mengangkut buku koleksinya.
"Ini lika liku perjuangan untuk mengajak masyarakat gemar membaca. Dengan membaca kita menjadi pintar," ungkap Sukarni saat ditemui Surya di Kelurahan Tinalan, Kota Kediri, Selasa (27/2/2018).
Sukarni mengaku semula berjalan dengan kemampuannya sendiri. Kemudian sejak pertengahan tahun lalu mulai bergabung dengan jaringan literasi nasional sehingga banyak mendapatkan bantuan sumbangan buku dan majalah.
Di samping kiri dan kanan box, Sukarni memajang tulisan pada poster, "Membaca Dapat Merusak Kebodohanmu" dan "Beri Makan Otakmu Baca Buku".
"Kami kebagian dapat sepeda motor, ada rekan di daerah lain yang mendapat bantuan kuda atau perahu," ungkap pria yang akrab disapa Cak Ni.
Malahan karena keuletannya dalam mengajak masyarakat untuk gemar membaca Sukarni bersama rekannya dari Jombang mendapatkan bantuan inventaris sepeda motor yang telah didesain khusus untuk membawa box untuk membawa buku.

Termasuk ada kegiatan keramaian dia membawa motor box perpustakaan mendatangi lokasi. "Kami tidak terikat wilayah, dimana ada keramaian kami siap datang membawa koleksi buku-buku," ungkapnya.
Dalam keseharian Sukarni juga suka blusukan keluar masuk kampung dan naik turun gunung mendatangi simpul masyarakat menawarkan buku bacaan. "Saat ada gerakan penghijauan di pegunungan kami bawakan buku-buku bacaan," ungkapnya.

Termasuk saat keluar masuk kampung juga membawa buku bacaan untuk anak-anak dan ibu rumah tangga. Seluruh aktifitasnya untuk mengajak masyarakat gemar membaca dari biaya kantongnya sendiri. "BBM untuk operasional motor ya beli dari uang saya sendiri," ungkapnya.
Selain berkeliling naik sepeda motor, di rumahnya di Dusun Gentor, Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar juga membuat perpustakaan mini di salah satu ruangan rumahnya.
Dari pantauannya selama ini masih ada rasa optimisme terkait minat baca masyarakat dan anak-anak. "Meski sudah banyak buku -buku elektronik dan bacaan di internet. Masih banyak masyarakat yang ingin membaca buku-buku. Sayangnya masih belum semua buku berkualitas sesuai harapan masyarakat," ungkapnya.(dim)
Perpustakaan diberi nama rumah Baca Kedai Ilmu Harmoni dengan sekitar 1.500 judul buku. Buku koleksinya campuran untuk semua kalangan.
Ruangan dengan ukuran 3 x 3 meter khusus untuk memajang buku. Tempat membaca disiapkan di seluruh ruangan serta gazebo yang ada di halaman rumah.

Powered by Blogger.
close
Banner iklan disini