Baca Juga

222110715-30553fee-badminton-gbr-world
Jakarta,- Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tak akan berpartisipasi pada Kejuaraan Dunia demi memuluskan misi meraih emas Asian Games.


Kejuaraan Dunia 2018 berlangsung pada 30 Juli hingga 5 Agustus di Nanjing, China. Sedangkan Asian Games digelar pada 18 Agustus-2 September. Jarak yang terlalu singkat antara kedua turnamen itu jadi alasan pengunduran diri Tontowi/Liliyana.





"Kami sudah berunding dengan para pelatih. Kami punya target, memang Tontowi/Liliyana kami persiapkan untuk Asian Games. Jarak waktu dari Kejuaraan Dunia ke Asian Games itu mepet, kalau melihat usia, mereka tidak mungkin diforsir," ujar Susy Susanti, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI dalam rilis yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (15/5). 





Tontowi/Liliyana sejatinya merupakan juara bertahan di Kejuaraan Dunia. Pada tahun lalu, Tontowi/Liliyana jadi juara setelah mengalahkan ganda China, Zheng Siwei/Chen Qingchen 


Satu pasangan lain, Praveen Jordan/Debby Susanto juga tak akan tampil meski masuk kualifikasi karena keduanya kini sudah tak lagi berpasangan. 

Saat ini, Praveen berpasangan dengan Melati Daeva Oktavianti, sedangkan Debby dipasangkan dengan Ricky Karanda Suwardi. 

Sebagai ganti Tontowi/Liliyana dan Praveen/Debby, PBSI memutuskan untuk menurunkan Praveen/Melati dan Hafiz Faisal/Gloria Emanuelle Widjaja. Keduanya menjadi ganda campuran pelapis yang secara ranking berada di bawah dua pasangan andalan Indonesia. 

Di peringkat BWF (Federasi Bulutangkis Dunia) Hafiz /Gloria menduduki ranking 25, sedangkan Praveen/Melati beerada di urutan ke-47. 

"Kami mau memberi kesempatan kepada Hafiz/Gloria dan Praveen/Melati. Jika ada slot tambahan, kami persiapkan Ronald (Alexander)/Annisa (Saufika)," tambahnya. 

Di sisi lain, Susy memastikan pasangan Ricky/Debby tidak akan berlaga di Kejuaraan Dunia 2018. PBSI ingin memantau lebih jauh kondisi pasangan tersebut, termasuk penampilan dan kebutuhan yang diperlukan untuk bisa lolos dan tampil di Asian Games 2018. 

PBSI Belum Tentukan Pendamping Tontowi/Liliyana di Asian Games

Susy juga belum dapat memastikan ganda campuran kedua yang bakal turun di Asian Games sebagai pendamping Tontowi/Liliyana. 

"Ganda campuran kedua belum ditentukan, kami masih mencari format terbaik. Ada beberapa pilihan, Praveen/Debby, Praveen/Melati, Ricky/Debby, atau Ronald/Debby. Kami akan memantau hasil di Malaysia Open," tutur Susy.


Di nomor ganda putra, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon tetap akan berlaga di Kejuaraan Dunia dan Asian Games 2018. Meskipun jarak kedua turnamen cukup sempit, namun Susy yakin pasangan rangking satu dunia ini mampu mengatur kondisi mereka. 
"Pelatih yakin mereka konsisten dan fokus. Kevin/Marcus masih muda. Ini kesempatan buat mereka, kedua turnamen ini sama-sama penting, sayang untuk mereka lewatkan, apalagi mereka belum pernah juara dunia. Kami percaya dengan Kevin/Marcus yang profesional, bisa menjaga diri dan disiplin," tuturnya. (ptr/bac)

Baca Juga

teroris-malang-3 PENANGKAPAN ketiga terduga teroris ini dibenarkan Kadiv Humas Polda Jatim. Kombes Frans Barung Mangera, Selasa (15/05/2018). Dihubungi melalui sambungan telepon,  Barung tidak menampik jika Polisi telah mengamankan tiga orang terduga teroris di Kabupaten Malang. “Benar, kita mengamankan tiga orang dinihari dan pagi tadi di wilayah Kabupaten Malang,” tutur Kadiv Humas Polda Jatim.
Dari jaringan mana  ketiga terduga teroris tersebut? Barung enggan  menjawab. “Hal tersebut masih dalam penanganan Densus 88. Mohon maaf, sementara hanya itu yang bisa saya sampaikan,” jawabnya.
Dari data yang berhasil didapatkan awak media, ketiga orang tersebut adalah  Syamsul Arif alias Abu Umar (37), tinggal di Perumahan Banjararum Asri Blok BB No. 9 Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Wahyu Mega Wijayanti (40), warga Jl. Ir. Rais, Kecamatan Klojen, Kota Malang yang mengontrak di Perumahan Banjararum Asri Blok BB No.9 Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Kristanto (41), warga Jl. Sumbersari Gg IV Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang yang mengontrak rumah di Dusun Turirejo, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
Samsul Arif alias Abu Umar dan Wahyu Mega Wijayanti ditangkap Densus 88 di rumah kontrakannya, Selasa (15/05/2018) dinihari, pukul 02.00 WIB. Begitu ditangkap,  pasangan suami isteri tersebut langsung dibawa  Densus 88.
teroris-malang-1-1
Berlainan dengan Abu Umar, satu terduga teroris Kristanto ditangkap petugas di Jalan Raya Tenaga, Dusun Turirejo, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso Selasa (15/05/2018) pukul 09.00 WIB. Sama dengan kedua terduga teroris lainnya, Kristianto pun langsung dibawa Densus 88.
Menurut informasi, dalam keseharian, ketiga terduga teroris tersebut sangat tertutup dan tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Bahkan, menurut Kepala Desa Kepuharjo, Khamim, salah seorang terduga teroris, Kristianto yang baru mengontrak 10 bulan di wilayahnya, dikenal sebagai orang yang sangat tertutup. “Bahkan disapa tetangga pun tidak mau menjawab. Hal ini sempat menimbulkan keresahan warga sekitar,  namun berhasil diredam,” jelas Khamim.
Lebih jauh Khamim tidak bisa menerangkan pekerjaaan apa yang digeluti oleh Kristianto yang diketahui berasal dari Solo ini. “Kalau pagi sampai siang,  tidak di rumah. Jika sore atau malam hari, sering nongkrong di warnet. Entah apa yang dilakukan,  saya juga tidak mengerti,” beber Kades Kepuharjo sewaktu ditemui di kantornya.
Begitu Kristianto ditangkap dan dibawa pergi Densus 88, keberadaan isteri dan dua orang anaknya tidak diketahui. “Rumahnya sekarang kosong. Isteri dan anaknya mungkin ke saudaranya,” tandas Khamim. (diy)

Baca Juga

brt385416414
Jakarta  - Di era digital dewasa ini, membuat para pemuka agama dituntut tak hanya mampu mengajarkan ilmu religi dan spiritual semata, melainkan juga harus melek terhadap perkembangan teknologi melalui medsos.


Pandangan ini disampaikan oleh Sekretaris Umum Persatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Pdt. Gomar Gultom saat diminta tanggapannya soal cara merajut kembali Kebhinekaan melalui medsos.

Menurutnya, melek teknologi diperlukan para pemuka agama sebagai bagian dari transfer pendidikan kepada masyarakat yang saat ini menjadikan medsos sebagai bagian dari hidup mereka.

Melalui proses pendidikan teknologi oleh para pemuka agama, diharapkan mampu meredam penggunaan medsos yang belakangan dimanfaatkan netizen untuk saling mengadu domba dan banyak menyebarkan kabar hoaks.

"Harus ada proses pendidikan di dalam memasuki era digital. Era digital ini memang merubah suasana masyarakat. Diharapkan peranan para pemimpin non formal di tengah masyarakat, para agamawan sebagai pendidik mampu mencerdaskan masyarakat menggunakan medsos," ujar Pdt. Gomar, Senin (22/5/2017).

Lebih jauh, ia menegaskan pentingnya peranan setiap pemuka agama untuk mengimbau masing-masing umatnya agar mampu menghadapi setiap persoalan di tengah mereka dengan kepala dingin.

"Seluruh masyarakat dalam menghadapi situasi panas ini kami imbau harus menyikapinya dengan kepala dingin. Saya kira tidak akan pernah kekerasan dan kebencian bisa selesai dengan perbuatan yang sama. Itu hanya akan membuat lingkaran kekerasan dan kebencian yang tidak pernah berakhir," tuturnya. [inilah.com]

Baca Juga

brt433372585

Jakarta  - Semakin gencarnya isu radikalisme dan terorisme di Indonesia, penggunaan kanal digital sebagai jalur utama penebaran teror dan doktrin makin mengkhawatirkan bagi persatuan bangsa. 


Indonesian Digital Association (IDA), sebuah asosiasi bagi para pelaku industri digital Indonesia, menginisiasi kampanye #BersatuIndonesiaku yang disebar di berbagai kanal media sosial, yang bertujuan untuk memerangi paham radikalisme dan terorisme di kanal digital.

Paham radikalisme kini makin kuat mengincar generasi muda Indonesia yang sudah aktif di dunia digital, dan kini sudah piawai dalam menggunakan kanal media sosial dan situs berita fiktif sebagai corong propaganda. 

Sebagai perhimpunan yang bertujuan menjadi penggerak; pemandu; dan pengawas industri digital Indonesia, IDA merilis kampanye #BersatuIndonesiaku dalam upaya menyebarkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk lebih bijak dalam menggunakan kanal media sosial, dengan pesan persatuan Indonesia dan semangat keberagaman Bhinneka Tunggal Ika.

"Media mainstream dan media sosial kini tengah dihadapkan dengan penyebaran pesan hoax yang terstruktur dan meluas. Masyarakat perlu menghadapi fenomena ini dengan pesan yang positif, dan berlandaskan spirit Bhinneka Tunggal Ika dari Indonesia. Inilah yang menjadi titik awal ide kampanye #BersatuIndonesiaku, yang harapannya dapat mengedukasi masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi isu di media sosial, khususnya dalam isu radikalisme dan terorisme," ujar Ronny W Sugiadha, Ketua IDA melalui siaran pers.

Selaku asosiasi yang didirikan dan membawahi publisher-publisher digital besar di Indonesia seperti Kompas.com, KASKUS, Tribunnews, Detik.com, Kapanlagi Youniverse, MetroTVNews, Okezone, IDNtimes, DailySocial.id, Kumparan, VIVA, Tempo.co , Tirto.id, Opini.id dan puluhan publisher digital lainnya, IDA melihat edukasi kepada masyarakat menjadi luar biasa penting untuk menghentikan penyebaran paham radikalisme dan terorisme melalui kanal digital.

IDA menghimbau masyarakat pengguna media sosial untuk menjalankan semangat kampanye ini dengan langkah-langkah sederhana seperti: tidak menjalin keterikatan (follow, like, atau comment) dengan akun-akun yang tidak jelas kepemilikannya, tidak menyebarkan berita yang tidak bisa divalidasi, melaporkan akun-akun yang secara jelas berpihak pada terorisme, dan menyebarkan konten positif mengenai Indonesia dan keberagaman.

Sejalan dengan ide awal dari kampanye #BersatuIndonesiaku, setiap anggota dari IDA sepakat untuk tidak mempublikasi dan berafiliasi dengan kelompok pendukung radikalisme dan terorisme, dengan tidak mengundang mereka sebagai narasumber.

"Kami berharap kampanye #BersatuIndonesiaku dapat memberikan serangkaian dampak positif bagi pemanfaatan media sosial di masyarakat Indonesia. Kami, sebagai pelaku industri digital Indonesia, ingin masyarakat semakin bijak dalam mencari dan menyebarkan informasi di berbagai kanal online, guna meredam suara radikalisme dan terorisme di Tanah Air dan dunia," ujar Steve Christian, CEO KLY. [suf]

Baca Juga

brt799538109

Jakarta  - Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) mendukung rencana Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk meminta Kepolisian Republik Indonesia menyelidiki potensi pelanggaran keamanan data pribadi oleh perusahaan media sosial asal Amerika Serikat, Facebook.
Rencana itu disampaikan Menteri Kominfo Rudiantara menyusul penjelasan Facebook mengenai kemungkinan bocornya data 1 juta pengguna Facebook asal Indonesia dalam skandal yang melibatkan lembaga konsultan politik Cambridge Analytica. "Di seluruh dunia, diperkirakan tak kurang dari 87 juta data pengguna Facebook juga bocor," kata 
Wenseslaus Manggut ketua AMSI dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi beritajatim.com, Jumat (6/4/2018). 
Asal muasal kebocoran masif data Facebook ini diungkap oleh Christopher Wylie, mantan kepala riset Cambridge Analytica, pada koran Inggris, The Guardian, Maret 2018 lalu. 
Menggunakan aplikasi survei kepribadian yang dikembangkan Global Science Research (GSR) milik peneliti Universitas Cambridge, Aleksandr Kogan, data pribadi puluhan juta pengguna Facebook berhasil dikumpulkan dengan kedok riset akademis. 
Data itulah yang secara ilegal dijual pada Cambridge Analytica dan kemudian digunakan untuk mendesain iklan politik yang mampu mempengaruhi emosi pemilih. 
Konsultan politik ini bahkan menyebarkan isu, kabar palsu dan hoaks untuk mempengaruhi pilihan politik warga. 
Induk perusahaan Cambridge Analytica yakni Strategic Communication Laboratories Group (SCL) sudah malang-melintang mempengaruhi pemilihan di 40 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.  
Kemunculan kasus ini di tahun-tahun politik, ketika warga Indonesia bersiap memilih kepala daerah, anggota parlemen dan presiden, menjadikannya sangat sensitif. 
Karena itu, AMSI mengimbau:
1. Pemerintah untuk menjamin keamanan data pribadi warga dan memastikan tidak ada penyalahgunaan data itu untuk kepentingan politik dalam pemilihan umum.
2. Dewan Perwakilan Rakyat untuk mempercepat pembahasan Rancangan Undang Undang Perlindungan Data Pribadi. 
3. Facebook untuk memperbaiki mekanisme perlindungan data pribadi penggunanya, serta mengidentifikasi dan menghapus konten hoaks, hate speech, konten SARA,  yang beredar di platformnya.
4.Kepolisian Republik Indonesia untuk menyelidiki benar tidaknya data sejuta penguna Facebook Indonesia yang bocor  sebagaimana ramai diberitakan media massa.
Sebagai organisasi yang menaungi pengelola media-media siber yang profesional, berintegritas dan menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik, AMSI siap bekerjasama dengan semua pihak untuk membantu meningkatkan kredibilitas informasi yang disebarkan melalui media sosial.  
Powered by Blogger.
close
Banner iklan disini