Baca Juga

up-holland041415-136-768x512
Pendidikan saat ini menjadi sesuatu hal yang wajib diperoleh oleh setiap manusia. Karena ditinjau dalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional, tercantum pengertian pendidikan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Berdasarkan hal itu, pendidikan menjadi sesuatu hal yang sangat penting  untuk dilaksanakan. Setiap orang dapat memaksimalkan semua unsur yang ada dalam pendidikan untuk mengembangkan potensi diri sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kita ketahui bahwa tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Itulah sebabnya mengapa pendidikan menjadi hal yang paling penting bagi setiap manusia. Sangat mulialah tujuan pendidikan di negara kita ini (Indonesia).
Sayangnya, filosofi pendidikan Indonesia dalam praktiknya nyata masih berjalan tidak searah. Seperti yang dirilis oleh KPAI dalam datanya (4 oktober 2017) menunjukkan bahwa ada 26 ribu kasus anak dalam kurun 2011 hingga September 2017. Laporan tertinggi yang diterima KPAI adalah anak yang berhadapan dengan hukum terutama dalam kasus kekerasan. Lebih lanjut, kekerasan yang terjadi dilatarbelakangi oleh kurangnya pendidikan moral.
Salah satu strategi Menteri Pendidikan menanggapi fenomena ini dengan menerapkan sistem full day school. Di mana adanya penambahan jam belajar dari pagi sampai sore. Hampir ½ waktu yang dimiliki oleh anak-anak dihabiskan di lingkungan sekolah. Meskipun sistem ini belum bisa diterima secara umum namun terlepas dari kontroversial yang ada mengenai kebebasan anak, hal yang terpenting adalah mempertimbangkan kualitas pendidik sebagai poin terpenting dalam pendidikan karakter.
Pendidik, selain memiliki tugas untuk menanamkan ilmu, tentu saja mereka juga mengemban tugas membangun mental, moral dan karakter para pelajar.  Soal mengajarkan karakter/moral tentu saja berbeda ketika ingin mengajarkan teori. Karakter moral itu menyangkut tentang mental/kejiwaan seseorang, sedangkan mengajarkan teori hanya menyangkut tentang pengetahuan yang dimiliki seseorang (taksonomi bloom).
Di samping itu, melihat beberapa praktik pendidikan yang ada, para siswa sudah dituntut untuk mengerjakan soal-soal diluar dari kapasitas yang dimiliki mereka sejak dini, siswa dipaksa untuk memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Dampak yang ditimbulkan, pastinya memberikan beban psikologi. Ada keinginan untuk menghindar ketika berhadapan dengan gurunya, sebab pandangan siswa mengenai seorang guru hanya sebatas evaluator semata. Maka dengan paradigma seperti ini dapat berakhir dengan pandangan permusuhan siswa kepada gurunya. Hal sebaliknya penurunan nilai-nilai moral bisa tersampaikan ketika adanya hubungan emosional antara guru dan siswa agar sesuatu yang ingin disampaikan dapat dengan mudah diterima oleh siswa.
Finlandia sebagai Negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, justru lebih menekankan kesenangan siswa dalam kurikulumnya. Total jam belajar rata-rata hanya 18 jam perminggunya sehingga para siswa yang ada di Finlandia memiliki waktu yang leluasa untuk bermain maupun bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat. Dibandingkan dengan reformasi pendidikan tahun ajaran 2017/2018 oleh Menteri pendidikan dan Kebudayaan yang menerapkan jam belajar siswa SD Indonesia rata-rata menghabiskan waktu kurang lebih 40 jam. (Kumparan.com 3 mei 2017). Lebih jauh lagi, Pekerjaan rumah yang diberikan dalam sistem pendidikan Finlandia juga sangat diperhitungkan tingkat kesulitannya. Para guru memberikan PR yang tidak berat, bahkan rata-rata dapat dikerjakan dalam waktu 30 menit saja. Intinya mereka ingin para siswa mendapatkan istirahat yang cukup sepulang sekolah, dan dapat melanjutkan aktivitasnya yang lain. Dengan model pembelajaran yang demikian mendapat hasil yang lebih baik, di mana siswa memiliki ruang untuk mengembangkang kreativitas yang dimiliki serta mengasah potensi diri mereka.
Tingginya jam belajar disekolah dalam faktanya beberapa tahun tidak dapat menjamin siswa Indonesia mampu memahami pelajaran dengan baik dan berprestasi seperti yang dilansir oleh TIMSS (trend in internsional mathematics and science study) – kompisana.com. Ditambah lagi dengan standar kompetensi yang tinggi. Dapat mengakibatkan tingginya sikap negative siswa dalam merespon pelajaran sehingga siswa tersebut memiliki motivasi belajar yang rendah. Efek psikologis yang ditimbukan dapat melahirkan kepribadian yang individualis, terfokus pada dirinya sendiri dan melupakan orang-orang yang diluar dirinya.
Poin penting dalam pelaksaan proses pendidikan yang diabaikan dalam pendidikan Indonesia adalah sinergitas antara pendidikan sekolah, pendidikan orangtua atau keluarga, dan pendidikan dalam lingkungan. Dan ketiganya harus berjalan beriringan. Sekolah berperan dalam mengarahkan pendidikan siswanya sesuai dengan capaian oleh Negara. orangtua atau keluarga juga memiliki peran penting dalam hal memberikan stimulus, motivasi, dan pendidikan karakter secara nonformal. Selain sekolah dan orangtua yang memiliki tanggung jawab atas pendidikan, lingkungan menjadi salah satu point penting dalam pengembangan mental dan karakter. Lingkungan yang dimaksud yaitu masyarakat sekitar memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak diluar anak mereka sendiri. Dengan kata lain masyarakat berhak memberikan sanksi kepada anak-anak yang melakukan pelanggaran sesuai dengan konsensus yang berlaku. Dengan demikian ini juga membutuhkan penguatan lembaga masyarakat demi terjaminnya kondisi lingkungan yang produktif dan baik.
Terakhir yang perlu diingat dan diperhatikan bahwa esensi pendidikan bukanlah sebuah instrumen untuk bagaimana manusia hidup mewah melainkan bagaimana manusia mampu hidup mudah dan berguna untuk dunia dan zamannya.

Baca Juga

galon
Sarwanya berawal dari tindakan kecil. Meski dilapiki pikiran besar. Itulah yang saya lakukan beberapa bulan yang lalu. Membikin sebentuk kotak amal, terbuat dari galon air yang sudah pecah pantatnya. Semestinya, nasib galon tersebut sudah harus berakhir di tempat sampah. Tapi, saya lalu teringat dengan beberapa kotak amal yang sering diletakkan di berbagai tempat, bertuliskan nama-nama pemilik kotak amal. Mulai dari yayasan panti asuhan, pengajian dasar, masjid, dan lainnya. Di tempat saya, yang juga sekaligus sebagai alamatnya Toko Buku Paradigma Ilmu Makassar, pun terdapat satu kotak amal dari Taman Pendidikan Alquran (TPA) milik masjid dekat mukim.
Walhasil, galon pecah tersebut saya permak seadanya, sekadar menuliskan kata-kata, “Galon Infak Literasi”, lalu saya letakkan di sudut meja kasir Toko Buku Papirus Tamalanrea Makassar, tempat saya bersemedi dan membajak nafkah. Mulanya, ada keraguan. Khususnya motif dihadirkannya galon infak tersebut. Ragu akan begitu banyak penafsiran nantinya. Waima, naluri saya selaku pegiat literasi, membungkam semua keraguan itu. Sebab, hanya satu tujuan dari hadirnya gallon infak itu, menampung sumbangan dari kisanak-kisanak yang berkenan memasukkan duitnya. Selanjutnya, duit yang terkumpul itu, saya belikan buku, buat menambah koleksi buku komunitas literasi yang saya gawangi, Bank Buku Boetta Ilmoe di Bantaeng.
Sekali waktu, ada seorang dokter muda dari Kota Kendari, berbelanja di Toko Buku Papirus. Setelah transaksi, ia tidak langsung pamit. Rupanya, ia tertarik dengan galon di sudut meja, yang isinya bukan air, melainkan aneka uang, pecahan lima ratus, seribu, dua ribu, lima ribu, sepuluh ribu, dan dua puluh ribu. Warna-warni uang tersebut, mirip aquarium dengan ragam  jenis ikannya. Ia lirik-lirik. Saya hanya senyum-senyum. Tak tahan ia untuk tidak bertanya, “Apa maksudnya Galon Infak Literasi ini?” Belum saya jawab, ia lanjut berkata lagi, “Soalnya, baru kali ini saya temui beginian”.
Ibarat umpan yang ia lemparkan, saya langsung menyambarnya dengan sejumput penjelasan. Bahwasanya, tidak ada bedanya dengan kotak amal lainnya, yang bisa dokter jumpai di seantero kota ini. Mungkin yang unik, karena terbuat dari galon bekas. Dan, itu pun dibikin seadanya. Keunikan lainnya, terletak pada peruntukan kotak amal yang berbentuk galon infak ini, karena adanya unsur literasi. Saya pun membeberkan sari diri saya selaku pegiat literasi, selain menjadi penjaga toko buku. Penjelasan saya menerungku jiwanya, tatkala saya bilang, bahwa semua uang sumbangan ini, akan dibelikan buku, lalu buku tersebut saya kirim ke Bank Buku Boetta Ilmoe, selanjutnya didistribusikan peminjamannya ke berbagai komunitas literasi yang ada di Bantaeng.
Sekadar info, kini, di Bantaeng sudah ada lebih sepuluh komunitas literasi yang amat membutuhkan suplai buku. Lebih dari itu, akan lahir lagi komunitas-komunitas literasi berikutnya. Artinya, kebutuhan akan buku semakin vital. Buku bagi komunitas literasi, bagai nafas yang akan memperpanjang geliat literasi, dari komunitas yang menggerakkan literasi. Lalu saya kunci, komunitas-komunitas ini, tidak sedikit yang berlokasi di pelosok kampung. Kelihatannya ia tertegun dengan ujar-ujar saya. Naluri kedokterannya mungkin terusik, sebab ia sendiri bertugas di pelosok. Lembaran uang biru ia cabut dari dompetnya. Ia masukkan ke mulut galon infak. Tanpa komentar, selain ia berucap, “Terimakasih, saya akan dating lagi”.
Rasa percaya diri saya makin moncer. Keisengan saya ini berbuah manis. Sekadar memanfaatkan barang bekas. Namun, di situlah letak keunikannya. Akhirnya, saya cari lagi galon bekas di mukim. Ada galon yang nganggur. Saya bikin lagi satu galon infak, buat di taruh pada Toko Buku Paradigma Ilmu. Semulanya, pasangan saya keberatan dengan tindakan kecil ini. Apatah lagi, sudah ada kotak amal milik TPA yang mengangkangi meja kasir. Saya bisa memahami keberatannya, pasalnya, ia adalah salah seorang guru mengaji di TPA tersebut, bahkan mukim kami menjadi salah satu alternatif, tempat mengaji santri TPA selain di masjid. Atas otoritasnya, kotak amal itu nangkring di meja kasir.
Saya lalu meyakinkannya, bahwa di Toko Buku Papirus sudah saya bikin. Berceritalah saya akan keberadaan galon infak tersebut. Saya lalu menabalkan pendapat, kotak amal model TPA itu, dan sejenisnya di berbagai tempat, sudah amat konvensional. Tipe itu warisan zaman old, sementara galon infak literasi merupakan inisiasi zaman now. Tersipu-sipulah ia. Restu pun saya dapat. Akhirnya, Galon Infak Literasi, bertengger pula di sudut meja kasir, menemani kotak amal TPA pada sudut meja lainnya. Belakangan, sering saya menguping, tatkala ia mengajar para santri mengaji, sembari ia menjelaskan keberadaan galon tersebut.
Di hadapan para santrinya, pasangan saya bercerita, seolah mendongeng tentang orang-orang di pelosok kampung, yang amat tertinggal, karena kekurangan bahan bacaan. Apalagi, dalam kisahnya, sering ia bandingkan dengan kemudahan para santri membaca buku yang disediakan oleh Toko Buku Paradigma Ilmu. Dari jendela kamar sering saya intip rona wajah sekaum cilik itu. Beraneka air mukanya. Imajinasinya terbang ke pelosok-pelosok kampung. Meski yang diceritakan itu adalah anak-anak yang kurang beruntung, nasib para santri ini tidak lebih beruntung. Karenanya, solidaritas dan empatinya dibangun lewat cerita. Pada pucuk cerita, pasangan saya tak lupa menawarkan kepada para santri untuk berinfak. Seribu, dua ribu. Sesekali ada juga yang lima ribu. Dan, ketika tulisan ini saya torehkan, baru saja seorang santri memasukkan uang lima ribu ke galon infak tersebut.
Sekali lagi, ini hanya tindakan kecil, berlapikkan pikiran besar. Memanfaatkan barang bekas, menggalang uang kecil dari uang kembalian segenap konsumen yang berkenan, para cilik santri yang berempati dengan lembaran ribuannya. Pepatah pun layak diaumkan kembali, “Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit”. Tumpukan warna-warni pecahan duit di Galon Infak Literasi, sudah mulai membukit. Jika sudah menggunung, akan saya ledakkan gunung uang tersebut. Biar pecahan-pecahan rupiah itu menjadi lahar, menggulung beberapa eksamplar buku, yang akan saya hanyutkan hingga ke muaranya, pada komunitas literasi, Bank Buku Boetta Ilmoe Bantaeng.

Baca Juga

Ojek online (Ojol) turut menjadi korban penyebaran informasi bohong dan menyesatkan (hoax).
sambut-hari-pelanggan-nasional-gojek-bagikan-5400-snack-pada-pel
Ilustrasi 

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto menegaskan beredarnya informasi seputar mitra ojek online meracuni pesenan makanan konsumen adalah palsu.
”Hoax itu!” ucapnya tegas dalam pesan singkat, Selasa (15/05).
Sebelumnya beredar kabar seorang konsumen yang membagikan pengalaman menggunakan jasa pesan antar makanan dari ojek online.
Dalam pesan yang berseliweran melalui WhatsApp itu tertulis tuduhan makanan yang dipesan dibubuhi racun.
Alasannya, ada anggota keluarganya yang dibawa ke rumah sakit dengan diagnose keracunan makanan. Parahnya, pesan beredar itu menyebut pelakunya anggota ISIS yang masuk jadi mitra ojol.
Sebelumnya, Setyo menegaskan penyebar kabar hoax mempunyai konsekuensi hukum.
Terlebih Polri memiliki tim siber yang akan mengusut informasi tidak benar dan berdampak pada meresahkan masyarakat.
Ancamannya salah satunya pasal 28 ayat 1 Undang Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) tahun 2008.
Setiap orang yang dengan sengaja menyebarkan informasi atau berita bohong dan menyesatkan, diancam pidana maksimal 6 tahun atau denda maksimal Rp1 miliar.
Terpisah, GO-JEK Indonesia mengimbau mitranya tidak terprovokasi dengan isu menyesatkan.
”Teman-teman pengguna GO-JEK, sikapi informasi dengan bijak,” saran Director Corporate Affairs GO-JEK, Nila Marita dalam keterangan tertulis. 
Dia meminta informasi hoax jangan disebarluaskan supaya tidak menimbulkan kepanikan dan kerugian untuk mitra mitra GO-JEK yang bekerja dengan jujur.
”Cek kebenaran informasi yang anda terima dari sumber terpercaya seperti media dan polisi,” tegasnya.
Nila menekankan, GO-JEK selalu mengutamakan kemanan dan kenyamanan pelanggan. ”Jangan terpancing oleh provokasi,” harapnya.
Lebih jauh, sambung Nila, kabar hoax tersebut memberikan dampak buruk kepada mitra driver dan merchant yang bergantung hidupnya di sini.

Baca Juga


Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) hari ini merayakan ulang tahun ke-76. JK pun mendapatkan hadiah buku dari sejumlah anak muda.



fab0c1e3-93a7-4ab6-af45-64b5a504cd86_169
Hadiah Buku untuk JK di HUT Ke-76 (Foto: dok Istimewa)





Buku yang dihadiahkan untuk JK berjudul 'Pak JK dan Anak Muda'. Buku itu berisi tulisan dari 30 tokoh muda tentang JK, di antaranya Chairani Kalla (anak Pak JK), Erwin Aksa (keponakan Pak JK), Maruarar Sirait (politikus PDIP), Bahlil Lahadalia (Ketum Hipmi), Husain Abdullah (jubir Wapres), dan Syafruddin (Wakapolri).

Buku tersebut diserahkan langsung oleh tim editor yang dipimpin Ketua Departemen Pemuda/Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (DMI) Arief Rosyid. Menurut Arief, di usianya saat ini, JK tetap aktif dan menunjukkan perhatian serius terhadap pembangunan generasi muda. 


"Buku 'Pak JK dan Anak Muda' sendiri disusun sebagai upaya menyebarkan pemikiran dan pengalaman Pak JK. Terutama agar anak-anak muda dapat mengambil pelajaran dalam menghadapi tantangan saat ini dan masa depan," kata Arief dalam keterangan tertulis, Selasa (15/5/2018).

Buku 'Pak JK dan Anak Muda' disusun sebagai upaya menyebarkan pemikiran dan pengalaman JK. Apalagi selama 20 tahun terakhir JK menduduki beragam jabatan, seperti wakil presiden selama dua periode juga sebagai Ketua PMI, Ketua DMI, dan jabatan-jabatan lain. Melalui jabatan yang diembannnya, JK telah banyak menginspirasi masyarakat.


"Sumbangsih Pak JK tersebut selama ini kurang mendapat perhatian serius dari masyarakat. Padahal banyak gagasan dan terobosan Pak JK hal yang masih relevan untuk diteliti dan disebarluaskan," ucapnya.

Arief mengatakan buku 'Pak JK dan Anak Muda' akan disampaikan kepada pendiri Pustaka Bergerak Nirwan Arsuka. Selanjutnya, buku-buku tersebut akan dikirimkan ke lebih dari 1.000 jejaring Pustaka Bergerak di seluruh Indonesia. Sebab, setiap kali menjelang hari raya Idul Fitri, JK selalu membagikan paket sembako kepada masyarakat. Kali ini yang dikirimkan adalah paket buku untuk anak-anak muda.

Nirwan berharap apa yang dilakukan JK bisa menginspirasi tokoh-tokoh lain. Pengiriman buku ini pun diharapkan bisa menjadi gerakan nasional untuk memenuhi kebutuhan minat baca masyarakat. Apalagi di daerah-daerah masih banyak anak-anak yang antusias jika mendapatkan buku baru.

Hal itu pulalah yang menggerakkan beberapa tokoh muda membentuk JK Institute for Youth Development. Lembaga ini diharapkan dapat meneliti dan mengembangkan kiprah Pak JK, terutama dalam bidang pembangunan SDM pemuda Indonesia. 
(ams/fjp)

Baca Juga

polres-probolinggo-cek-ratusan-senpi-tetap-pantau-objek-vital_m
Kejadian ledakan bom yang mengguncang Surabaya, menjadi perhatian serius Kapolres Probolinggo AKBP Fadly Samad. Kapolres memimpin langsung pemeriksaan dan persiapan ratusan senjata api (senpi) (14/5). Guna disiapkan untuk ratusan personel Polres yang terlibat dalam pengamanan di sejumlah tempat ibadah, objek vital (obvit), dan Mapolres sendiri.

Kapolres mengatakan, pihaknya juga menyikapi serius kejadian di Surabaya. Oleh karena itu, kesiapsiagaan pun perlu dipastikan kesiapannya. Salah satunya, memeriksa senpi dan melengkapi semua anggota polisi yang bertugas pengamanan dengan senpi. Mengingat, wilayah Kabupaten Probolinggo tidak dapat dipastikan aman. Sebab, ancaman terorisme bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.

”Belajar dari pengalaman saat bertugas di Tuban, saya sudah steril dan semua kondisi aman. Ternyata, ada baku tembak petugas dengan pelaku terorisme,” katanya kepada Jawa Pos Radar Bromo.

Dengan memastikan kesiapsiagaan, lanjut Kapolres, sebagai upaya antisipasi terjadinya aksi terorisme. Pihaknya, tidak ingin memberikan ruang pada pelaku terorisme dengan menyiapkan personel sebaik mungkin. Dengan begitu, anggotanya yang bertugas dalam pengamanan benar-benar bisa memberikan rasa aman pada masyarakat.

”Kami perketat semua penjagaan di tempat ibadah, objek vital, dan Mapolres sendiri. Semua pengunjung yang keluar masuk Polres ini akan diperiksa sesuai protap,” ungkapnya.

Selain itu, pengecekan ratusan senpi laras pendek dan panjang ini, sekaligus juga pengecekan kesiapan Pilkada 2018. Mengingat, Kabupaten Probolinggo bakal digelar pesta demokrasi secara serentak tanggal 27 Juni mendatang. Sehingga, pelaksanaan pilkada aman dan tidak terpengaruh atau terdampak dari aksi terorisme.

”Sekitar sebulan lagi, akan dilaksanakan pilkada serentak, termasuk di Kabupaten Probolinggo. pengecekan senpi ini juga untuk kesiapan anggota dalam pilkada,” terangnya.
Powered by Blogger.
close
Banner iklan disini